Sejarah Hajar Aswad, Batu dari Surga yang Menghitam

Sejarah Hajar Aswad, Batu dari Surga yang Menghitam, “Batu hitam turun dari surga dan itu lebih putih dari susu, tetapi dosa anak-anak Adam mengubahnya menjadi hitam.” (HR Tirmidzi).

Menurut sejarah lain, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk membangun Ka’bah yang merupakan tempat ibadah pertama yang dibangun di dunia.

Dalam kitab, Qishash al-Anbiyaa’, Ibnu Katsir menyebutkan Nabi Ibrahim menemukan satu ruang kosong untuk menutupi tembok. Ruang kosong itu ditemukan saat pembangunan Ka’bah hampir selesai.

Lalu, Nabi Ibrahim meminta anaknya yaitu Nabi Ismail AS untuk mencari batu guna menutupi ruang kosong tersebut. Ismail pun berkelana mencari batu.

Saat di perjalanan Nabi Ismail bertemu dengan Malaikat Jibril. Jibril memberikan sebuah batu hitam (Hajar Aswad) yang paling bagus. Ismail lalu menerima batu tersebut dengan senang hati dan menceritakan kepada ayahnya.

Ibrahim bertanya pada putranya, “Dari mana kamu peroleh batu ini?” Ismail menjawab, “Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu.”

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mencium batu tersebut. Dari situlah, banyak umat Islam yang menjalankan ibadah haji dan berharap dapat mencium batu yang terletak di sudut timur Ka’bah tersebut.

Doa saat melihat, menyentuh, dan mencium Hajar Aswad:

“Bismillâhi wa-Llâhu akbar allâhumma îmânan bika wa tashdîqan bikitâbika wa wafâ’an bi ‘ahdika wat tibâ‘an li sunnati nabiyyika muhammadin shallallâhu ‘alaihi wa sallam.”

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Allah maha besar. Ya Allah, seraya iman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu, menepati janji kepada-Mu, serta mengikuti sunah Nabi-Mu, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Meski dianjurkan, nyatanya tak semua orang beruntung bisa melihat, menyentuh, atau mencium langsung batu yang berasal dari surga tersebut. Pasalnya, lokasi disimpannya bebatuan surga ini berada di jalur tawaf yang umumnya ramai oleh jamaah haji maupun umroh. Para jamaah pun umumnya akan berdesakan mendekati area batu tersebut.

إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَإِنِّى أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَأَنَّكَ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ

Artinya: “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR Muslim).

Tetapi apabila Sahabat samira bisa mendekati area batu itu, maka Sahabat sebagai umat Muslim yang menunaikan ibadah haji dan umroh dianjurkan untuk menyentuh dan menciumnya. Sejumlah ulama memberi solusi bagi jamaah yang tidak mampu mengusap dan mencium Hajar Aswad secara langsung dengan mengusapkan tongkat atau benda lain lalu menciumnya, demi keselamatan melaksanakan ibadah di Baitullah.

Sahabat, itulah beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Hajar Aswad, sejarah, keutamaan, dan doa yang dibaca ketika melihat, menyentuh, dan menciumnya ketika Sahabat beribadah di tanah suci.