Ongkos Haji Semakin Mahal, Begini Tips Mempersiapkan Biaya Haji sejak Dini

Ongkos Haji Semakin Mahal, Begini Tips Mempersiapkan Biaya Haji sejak Dini, Selain menuntut kemampuan fisik dalam pelaksanaannya, ibadah haji juga menuntut kemampuan finansial bagi orang yang hendak menjalaninya. Alasannya tentu saja karena perjalanan melaksanakan ibadah haji tidaklah murah, banyak biaya yang harus dikeluarkan mulai dari biaya penerbangan, penginapan, transportasi, visa, makanan dll.

Apalagi ongkos haji cenderung naik setiap tahunnya. Tahun 2024 ini saja Pemerintah dan DPR telah resmi memutuskan bahwa Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH itu sebesar Rp93,4. Meskipun jemaah hanya diharuskan membayar Rp56 juta saja atau sekitar 60% – karena sisanya disubsidi dari nilai manfaat yang dikelola BPKH – tetap saja hal tersebut masih terkesan mahal bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Selain membutuhkan kekuatan finansial yang memadai, haji juga membutuhkan kesabaran karena berdasarkan data terbaru Kementerian Agama daftar antrean haji kini semakin panjang dan mengular yang berkisar antara 11-47 tahun

Karenanya menjadi penting bagi kita yang sebagi Umat Muslim yang hendak melaksanakan ibadah haji untuk merencanakan perjalanan biayanya sedini mungkin bahkan sejak masih muda jika perlu. Lalu bagaimana caranya merencanakan ibadah haji sedini mungkin dengan efisien agar ibadah haji ini dapat disediakan dengan baik dan tidak berbenturan dengan kebutuhan lainnya, maka ada beberapa hal yang diperlukan.

1. Menabung Sesegera Mungkin

Menurut Perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho setiap jemaah harus mengantongi dana Rp25 juta untuk mendaftar haji. Setelah mendaftar pun, jemaah perlu menunggu antrean berangkat dengan rata-rata 31-32 tahun.

Oleh karena itu, jemaah harus sesegera mungkin menabung untuk mengumpulkan biaya pendaftaran Rp25 juta.

“Kita harus mengumpulkan Rp25 juta. Dimulainya sejak sudah punya niat berangkat Haji, makanya kumpulin dari sekarang,” kata Andi.

2. Menabung Sesuai Kemampuan

Andi mengatakan untuk mengumpulkan Rp25 juta pertama, jemaah bisa menabung sesuai kemampuan. Ia mencontohkan jemaah bisa menabung Rp500 ribu per bulan.

Artinya, untuk mencapai Rp25 juta membutuhkan waktu 50 bulan atau dua tahun lebih. Jika dana itu sudah terkumpul, maka tabungan selanjutnya bisa mulai diringankan.

Sebab, jangka waktu tunggu untuk berangkat haji rata-rata 31-32 tahun. Namun, Andi mengingatkan jemaah untuk tetap disiplin menabung meski jangka waktunya panjang.

“Beberapa waktu lalu banyak berita jemaah gagal berangkat karena ketika dipanggil namun tidak bisa melunasi Rp25 juta sisanya tadi. Kan sayang sekali sudah menunggu lama enggak jadi berangkat karena enggak bisa melunasi,” kata Andi.

3. Antisipasi Kenaikan Biaya

Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning Budi Rahardjo mengatakan jemaah juga perlu mengantisipasi kenaikan biaya Haji. Antisipasi itu bisa dilakukan dengan memperkirakan perhitungan dengan memasukkan elemen inflasi.

Ia menyebut kenaikan biaya haji adalah sekitar 5,34 persen per tahun.

“Dengan demikian apabila rencana haji baru akan dilaksanakan sekitar 15 tahun kemudian, maka biaya haji yang awalnya sekitar Rp49,8 juta dapat meningkat menjadi Rp108,675 jutaan,” kata Budi.

4. Sempatkan Berinvestasi

Selain menabung, jemaah juga ada baiknya melakukan perencanaan dana untuk ibadah haji ini dengan melakukan investasi reguler.

Menurut Budi pilihan investasi pun bisa disesuaikan dengan kaidah-kaidah syariah. Apalagi, jemaah punya jangka waktu panjang untuk melunasi sisa biaya Haji atau waktu berangkat.

“Agar tujuan dapat dengan lebih mudah diraih dan mengatasi kenaikan biaya ibadah. Pilih investasi yang sesuai dengan kaidah-kaidah syariah,” katanya.

Budi mengatakan jemaah juga perlu menyiapkan dana lainnya saat melaksanakan ibadah Haji. Jemaah harus memperkirakan kebutuhan dana biaya ibadah haji yang tidak hanya mencakup biaya tiket, penginapan, akomodasi, manasik yang sudah termasuk dalam Bipih.

Jemaah juga perlu memperhatikan biaya lain seperti pembuatan paspor, uang saku, hingga asuransi.

“Memperkirakan dana lainnya yang diperlukan seperti biaya pembuatan paspor, biaya vaksin, biaya perlengkapan haji serta biaya-biaya lainnya termasuk bekal uang saku selama ibadah, uang untuk keluarga di tanah air, asuransi perjalanan dan sebagainya,” ucap Budi.

sumber : Himpuh