Sepenggal Tauladan Siti Hajar, Sejarah Air Zam Zam
Sepenggal Tauladan Siti Hajar, Sejarah Air Zam Zam, ibadah haji atau umroh pasti melakukan sa’i. Sa’i adalah berlari-lari kecil di antara kedua bukit, sebanyak tujuh kali (bolak-balik) dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya. Melakukan hat tersebut menjadi salah satu dari rukun haji dan umrah, yakni melaksanakan Sa’i. Ketika melintasi Bathnul Waadi, yaitu kawasan yang terletak di antara Bukit Shafa dan Marwah (saat ini ditandai dengan lampu neon berwarna hijau), para jamaah pria disunahkan untuk berlari-lari kecil, sedangkan untuk jamaah wanita berjalan cepat. Ibadah Sa’i boleh dilakukan dalam keadaan tidak berwudhu dan oleh wanita yang datang haid atau nifas.
Sejarah sa’i tidak lepas dari kisah istri Nabi Ibrahim yang juga ibu dari Nabi Ismail, yaitu Siti Hajar. Sejarah sa’i di antara Bukit Shafa dan Marwah berawal ketika Siti Hajar berusaha mencari air untuk putranya Ismail yang tengah kehausan.
Ketika itu, Nab Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk meninggalkan istri dan juga anaknya di sebuah gurun yang sangat tandus. Siti Hajar yang merasa bingung dan sedih atas rencana kepergian suaminya pun bertanya “Hendak pergi kemanakah engkau Ibrahim?”.
Mendengar pertanyaan tersebut dari istrinya, Nabi Ibrahim tidak menjawab dan diam saja. Kemudian Siti Hajar menambahkan “Sampai hatikah engkau Ibrahim meniggalkan kami berdua di tempat sunyi dan tandus seperti ini?”.
Ibrahim masih tidak menjawab dan tidak menoleh sama sekali. Kemudian Siti Hajar berkata kembali, “Adakah ini perintah dari Allah SWT?”. Saat itu, Nabi Ibrahim menjawab, “Ya”. Mndengar jawaban tersebut, hati Siti Hajar menjadi lebih tenang. Lalu kemudian Siti Hajar kembali berkata,”Jika memang demikian, pastilah Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan nasib kita.”.
Nabi Ibrahim kemudian pergi meninggalkan Siti Hajar dan juga Ismail dengan membekali mereka makanan dan minuman. Akan tetapi bekal yang diberikan Ibrahim tersebut lama-kelamaan habis juga. Siti Hajar kemudian berusaha mencari air untuk anaknya.
Dari tempat ia berada, Siti Hajar melihat sebuah bukit, yaitu Bukit Shafa. Ia kemudian bergegas mencari air menuju puncak Bukit Shafa, akan tetapi nihil. Ia tidak menemukan apapun. Kemudian ia bergegas turun ke arah Bukit Marwah, namun nihil juga. Siti Hajar kembali lagi ke Bukit Shafa, dan kembali lagi ke Bukit Marwah. Demikian seterusnya hingga tujuh kali.
Setelah tujuh kali bergegas dari Shafa ke Marwah dan sebaliknya, dari Bukit Marwah Siti Hajar tidak mendengar tangisan Ismail, Akhirnya Siti Hajar langsung berlari ke arah ismail khawatir sudah tidak bernyawa di karenakan kehausan. Sesampainya di lihat ismail ternyata tidak menangis, betapa terkejutnya ia ketika menemukan pancaran air yang deras keluar dari dalam tanah di bawah telapak kaki Nabi Ismail.
Kini air tersebut kemudian dinamakan dengan air zamzam. Dan hingga saat ini, air zam-zam tidak pernah surut ataupun kekeringan. Orang-orang Arab yang melintasi kawasan tersebut kemudian memutuskan untuk tinggal dan jadilah saat ini menjadi Kota Mekah yang berkembang.
Di tempat tersebut kemudian dilaksanakan badah haji dan umroh oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia. Dan peristiwa Siti Hajar tersebut kemudian dijadikan dasar ibadah sa’i yang saat ini dilakukan ketika ibadah umroh atau haji.